
Padang , Fakta Hukum Nasional _ Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Polda Sumatera Barat menghadirkan terobosan budaya spektakuler bertajuk “Seribu Bhayangkari Merandang 1000 Kg”. Digelar meriah di halaman Mapolda Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, acara ini menyedot perhatian ribuan pengunjung dan bertepatan dengan momen Car Free Day.
Sejak pagi, kawasan Mapolda disulap menjadi pusat kemeriahan. Suasana penuh kehangatan terasa saat 100 tenda Bhayangkari berjajar rapi, masing-masing diisi oleh 10 orang yang memasak rendang secara massal. Hasilnya luar biasa: 1 ton rendang diolah menjadi 10.000 porsi yang dibagikan gratis kepada masyarakat.
“Kami ingin rendang dikenal dunia bukan hanya sebagai kuliner, tapi sebagai identitas budaya Minangkabau. Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata kedekatan Bhayangkari dan Polri dengan masyarakat,” ujar Kapolda Sumbar, Irjen Pol Dr. Gatot Tri Suryanta, di sela kegiatan.
Rekor MURI: 1.000 Bhayangkari Masak Rendang Bersama
Momentum ini juga mencatat sejarah. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menetapkan rekor “Pemasakan Rendang oleh Bhayangkari Terbanyak” dengan total 1.000 peserta.
“Kami bangga bisa mencetak rekor ini. Tapi yang lebih penting adalah semangat kebersamaan dan kontribusi Bhayangkari dalam membangun budaya dan solidaritas,” kata Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Susmelawati Rosya kepada awak media.
Panggung Budaya, UMKM Tumbuh, Wisata Kuliner Terangkat
Tak hanya rendang, acara juga dimeriahkan dengan hiburan musik, senam sehat, dan partisipasi UMKM kuliner lokal. Beragam produk olahan khas Minang diperkenalkan, menjadikan kegiatan ini sebagai ajang promosi kuliner dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
“Baru kali ini saya ikut CFD, dapat rendang gratis, dan lihat langsung Bhayangkari masak. Suasananya luar biasa kekeluargaan,” kata Andi, pengunjung asal Padang yang hadir bersama keluarganya.
Polri Humanis dan Inovatif, Dekat dengan Rakyat
Acara ini menegaskan transformasi Polri sebagai institusi yang humanis, inklusif, dan inovatif. Bukan hanya penegak hukum, tapi juga mitra aktif dalam pembangunan sosial-budaya.
“Kami akan terus hadir di tengah masyarakat, tak hanya sebagai pengayom, tapi juga sebagai mitra membangun budaya, ekonomi, dan solidaritas,” tegas Susmelawati Rosya.
Kegiatan ditutup menjelang siang dengan tertib dan penuh antusiasme. “Seribu Bhayangkari Merandang” bukan sekadar peringatan, tapi simbol kuat diplomasi budaya, penguatan citra institusi, dan kebangkitan kuliner lokal menuju panggung dunia..(Rel)