
Tanah Datar, Fakta Hukum Nasional —Tanggal 11 Mei 2024 akan selalu menjadi catatan kelam dalam sejarah Kabupaten Tanah Datar. Hari itu, galodo (banjir bandang) menerjang sejumlah wilayah dengan kekuatan dahsyat, membawa material berupa kayu, lumpur, dan batu besar. Bencana ini menghancurkan rumah warga, merusak fasilitas umum, dan melumpuhkan lahan pertanian masyarakat.
Tak hanya kerusakan fisik, galodo juga meninggalkan luka batin mendalam. Tercatat, 32 orang meninggal dunia, 10 orang hilang, dan 26 lainnya luka-luka. Sebanyak 43 rumah hanyut, 153 rumah rusak, serta 36 jembatan dan 124 saluran irigasi tidak lagi berfungsi. Ratusan kendaraan hilang, sementara ratusan hektare sawah dan kolam ikan warga tertimbun material banjir, menyebabkan terputusnya sumber penghidupan masyarakat.
Namun dari kepedihan itu, muncul kekuatan sejati masyarakat Tanah Datar. Dalam duka, kita saling menguatkan. Dalam kesulitan, kita saling membantu. Semangat gotong royong, solidaritas, dan kebersamaan menjadi energi untuk bangkit.
Setahun berlalu, kami di pemerintah daerah tidak tinggal diam. Bersama pemerintah pusat, provinsi, dan berbagai pihak, berbagai langkah pemulihan telah dilakukan.
Sebanyak 60 unit rumah hunian tetap (huntap) telah dibangun dan diserahkan kepada korban terdampak. Selain itu, 141 unit rumah bagi korban yang memilih relokasi mandiri sedang dalam tahap pembangunan.
Infrastruktur vital seperti jembatan, jalan, dan saluran irigasi diperbaiki secara bertahap. Di sektor pertanian, 511 hektare lahan yang tertimbun mulai dipulihkan melalui reklamasi, bantuan alat pertanian, dan bibit.
Untuk mitigasi bencana, telah dibangun sistem peringatan dini (early warning system), serta penguatan kapasitas relawan Satuan Tugas Bencana.
Kami juga memberi perhatian besar pada pemulihan psikologis, khususnya anak-anak dan kelompok rentan. Program trauma healing, pendampingan sosial, dan pembinaan keagamaan terus digalakkan di wilayah terdampak.
Kini, kita memasuki tahun baru dengan semangat yang diperbarui. Kita tidak melupakan tragedi itu, namun menjadikannya pelajaran berharga. Bencana ini menjadi pengingat agar kita lebih bijak menjaga alam, lebih hati-hati dalam pembangunan, dan lebih siap menghadapi bencana ke depan.
Dalam rangka peringatan setahun bencana, pemerintah telah meresmikan rumah korban galodo. Kita juga menggelar doa dan zikir bersama di Istano Basa Pagaruyung dan Lapangan Cindua Mato, memohon perlindungan dari Allah SWT.
Perjuangan belum usai. Pemerintah masih terus bekerja memperbaiki jembatan, membangun kembali saluran irigasi, menyelesaikan relokasi mandiri, serta mengupayakan pembangunan sabodam dan pemulihan ekonomi masyarakat.
Mari kita rawat semangat kebersamaan ini. Mari kita bangun Tanah Datar menjadi daerah yang tangguh, berketahanan bencana, dan menjunjung tinggi adat, budaya, serta kearifan lokal.
Oleh: Eka Putra, Bupati Tanah Datar