
Padang, Fakta Hukum Nasional _ Idul Adha 1446 H yang jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025, bukan hanya sekadar perayaan keagamaan. Bagi Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd., Ph.D.—akademisi terkemuka dan mantan Rektor Universitas Negeri Padang—Idul Adha adalah refleksi mendalam nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan, serta fondasi bagi pembangunan peradaban yang adil dan bermartabat.
Dalam pandangan Prof. Ganefri, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail bukan sekadar legenda keimanan, melainkan metafora kuat tentang pengorbanan dan ketulusan. Ia menggarisbawahi, di tengah arus individualisme dan kepentingan sempit, semangat Idul Adha mengingatkan pentingnya mendahulukan kepentingan bersama demi kemaslahatan umat.
“Ini bukan hanya tentang ritual, tapi tentang karakter dan komitmen kolektif. Bangsa yang besar adalah bangsa yang warganya bersedia berkorban demi yang lebih luas dari dirinya sendiri,” tegas Prof. Ganefri.
Lebih jauh, Prof. Ganefri menyoroti ritual pembagian daging kurban sebagai simbol kuat solidaritas dan keadilan sosial. Dalam realitas masyarakat yang masih diwarnai kesenjangan, kurban hadir sebagai momentum strategis untuk meretas ketimpangan dan membangun empati sosial yang otentik.
“Kurban bukan soal jumlah daging, tapi tentang keberpihakan. Tentang siapa yang kita lihat, siapa yang kita pedulikan, dan bagaimana kita membangun sistem yang lebih adil,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa esensi ketaatan dalam Idul Adha bukanlah kepatuhan kosong, melainkan ketaatan yang lahir dari pemahaman nilai, keteguhan hati, dan integritas moral. Dalam konteks bernegara, ketaatan ini bermakna loyalitas terhadap konstitusi, kepatuhan terhadap hukum, serta komitmen terhadap etika publik.
Prof. Ganefri menyebut, inilah saatnya menempatkan pendidikan karakter sebagai agenda nasional. Menurutnya, membangun bangsa tidak cukup dengan kecerdasan intelektual semata—tetapi harus ditopang oleh kekuatan spiritual, integritas, dan nilai kemanusiaan yang luhur.
“Pembangunan tidak boleh hanya dihitung dari angka ekonomi. Kita butuh generasi yang bukan hanya pintar, tapi juga punya empati dan integritas,” ujarnya.
Sebagai penutup, Prof. Ganefri mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan Idul Adha sebagai momentum refleksi kolektif—untuk memperkuat jalinan persaudaraan, memperdalam komitmen kebangsaan, dan bersama-sama melangkah menuju masa depan Indonesia yang lebih berkeadaban..(Rel)