-->
  • Jelajahi

    Copyright © Fakta Hukum
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Selamat IdulFitri 1445 H

    Iklan

    Iklan

    Pakar Olahraga: Negara Abai Pembinaan Usia Dini, Tapi Ingin Prestasi Dunia

    Redaksi Fakta Hukum Nasional
    Selasa, 13 Mei 2025, Mei 13, 2025 WIB Last Updated 2025-05-13T13:21:06Z
    masukkan script iklan disini
    banner 719x885


    Padang, Fakta Hukum Nasional _ Pakar olahraga sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Sarjana Olahraga Republik Indonesia (ISORI), Prof Dr Syahrial Bakhtiar, menyoroti lemahnya perhatian negara terhadap pembinaan atlet usia dini. Menurutnya, pemerintah terkesan hanya berorientasi pada capaian prestasi tingkat dunia, tanpa membangun fondasi yang kuat melalui pembinaan sejak dini.


    “Semua sibuk mengejar prestasi dunia, tapi mengabaikan pembinaan usia dini. Anak-anak tidak pernah dibimbing sesuai standar dan kebutuhannya,” ujar Syahrial, Selasa (13/5/2025).


    Syahrial, yang juga dikenal sebagai pakar dalam bidang talent identification (identifikasi bakat olahraga), menilai sistem pengembangan olahraga nasional belum berpihak pada proses jangka panjang. Ia menyayangkan lemahnya keterlibatan negara dalam proses pembinaan, khususnya di tingkat sekolah.


    “Negara tak pernah benar-benar hadir dalam proses pembinaan. Tapi tiba-tiba ingin prestasi. Ini tidak realistis,” katanya.


    Sekolah Belum Dijadikan bagian ekosistem pembinaan olahraga


    Syahrial juga menyoroti minimnya kesiapan sekolah sebagai sistem pembinaan olahraga, apalagi dengan sistem full day, yang menyebabkan tidak ada waktu lagi bagi siswa untuk berlatih di klub, minimnya fasilitas, apalagi kegiatan pelatihan olahraga yang layak bagi peserta didik yang mengikuti kompetisi. Ia mempertanyakan peran sekolah dan kebijakan Kementerian Pendidikan dalam mengelola event olahraga di lingkungan pendidikan. Popda sampai Popnas diselenggarakan tetapi sekolah tidak ada klub olahraga. Atlet yang bertanding adalah mereka yang secara perorangan proses latihanya dibiayai 


    Oleh para orang tua dan cukup sulit mendapatkan izin untuk bertanding, bahkan fasilitas untuk bertanding sangat minim. Kita pertanyakan


    “Apakah sekolah benar-benar melatih murid yang ikut bertanding? Faktanya, banyak atlet pelajar justru terkendala saat berlatih karena tidak didukung lingkungan sekolahnya,” ujarnya.


    Ia menambahkan bahwa masih banyak sekolah yang tidak memiliki pelatih khusus atau infrastruktur olahraga yang memadai. Padahal, kegiatan olahraga di sekolah merupakan salah satu pintu awal untuk menemukan dan membina talenta muda di bidang olahraga.


    “Kalau lingkungan pendidikan saja belum bisa mengakomodasi minat dan bakat anak-anak, bagaimana kita bisa bicara soal prestasi?” kata Syahrial. Makanya dalam persaingan olahraga yang semakin ketat, kita sudah ketinggalan masa enam (6) tahun sebagai pondasi pembinaan jangka panjang yang sangat menentukan, usia 6-8/9 tahun yang merupakan tahap mempelajari berbagai gerak dasar/fundamental motor skills, usia 9-12 tahun masa mempelajari berbagai sport skills yg begitu rumit, serta masanya mendeteksi kecendrungsn bakat siswa pada cabang olahraga apa.


    Dorong Perubahan Sistemik

    Syahrial mendesak agar pemerintah, khususnya Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan, membangun sinergi dalam merancang sistem pembinaan yang terukur dan berkelanjutan. Ia juga mendorong adanya kebijakan afirmatif untuk mendukung pelajar yang menunjukkan potensi di bidang olahraga.


    “Jangan hanya bangga saat atlet menang, tapi sebelumnya tidak pernah diberi ruang dan pembinaan yang layak. Prestasi lahir dari proses panjang, bukan instan,” tegasnya.


    ISORI, lanjut Syahrial, siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembinaan olahraga nasional berbasis riset dan kebutuhan lapangan.

    (RoniBose)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini