Padang, Fakta Hukum Nasional, _ Kolaborasi Jurnalis Indonesia (KJI) mengalami dinamika internal menyusul pengunduran diri Jongguk Maransi Siagian dari jajaran kepengurusan. Ketua Pendiri KJI, Andarizal, menyampaikan bahwa keputusan tersebut dapat dimaklumi dan merupakan bagian dari proses yang lumrah dalam sebuah organisasi.
"Keputusan Siagian untuk mundur bukan sesuatu yang mengejutkan. Kami memahami posisinya, namun ini juga menjadi refleksi bersama," ujar Andarizal dalam keterangannya, Senin (14/7).
Andarizal mengungkapkan, akar persoalan bukan pada suasana organisasi yang tidak kondusif, melainkan kurangnya harmonisasi antara pengurus KJI Sumatera Barat dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Hal ini, menurutnya, diperburuk oleh ketidaktransparanan dalam pelaksanaan program di daerah serta penyimpangan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi.
“Sebenarnya bukan masalah internal yang panas, tapi lebih kepada kurangnya komunikasi dan transparansi dari pengurus KJI Sumbar. Beberapa langkah yang mereka ambil tidak sesuai dengan AD/ART, dan itu menimbulkan friksi,” jelasnya.
Sebagai pihak yang menerbitkan Surat Keputusan (SK) bagi Siagian, Andarizal menyatakan turut merasakan beban moral atas kondisi yang terjadi. Namun ia juga menegaskan pentingnya introspeksi dalam kepemimpinan.
“Pemimpin perlu melihat kembali ke dalam, mengapa kepercayaan dari bawahannya melemah. Kepatuhan tidak hanya dibangun lewat struktur, tapi juga kepemimpinan yang efektif,” imbuhnya.
Meski demikian, Andarizal memastikan bahwa roda organisasi KJI akan terus berjalan. “KJI bukan milik satu orang, tapi milik seluruh jurnalis yang peduli pada profesionalisme dan kolaborasi. Dengan atau tanpa individu tertentu, KJI akan tetap eksis dan berkembang,” tegasnya.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa dinamika keluar masuk dalam organisasi adalah hal biasa. “Pergantian adalah bagian dari perjalanan. Organisasi tetap solid dan berkomitmen menjalankan visi bersama,” tutupnya...Andarizal
