Padang, fakta hukum nasional — Perusahaan pengolahan minyak nabati Apical memperkenalkan penggunaan malam batik berbasis sawit dalam sebuah workshop malam sawit yang digelar di Padang, Sumatera Barat, pada 9 Desember 2025. Melalui kegiatan ini, Apical mendorong pemanfaatan Hydrogenated Palm Stearin (HPS), produk turunan kelapa sawit, sebagai alternatif ramah lingkungan pengganti lilin parafin berbasis minyak bumi.
Head of Corporate Communications Apical, Prama Yudha Amdan, menjelaskan bahwa penggunaan HPS mampu menekan konsumsi energi para perajin. “Penggunaan HPS sebagai malam batik tidak hanya memberikan manfaat efisiensi energi, tetapi juga mendukung praktik berkelanjutan. Dengan titik leleh yang lebih rendah, HPS dapat mengurangi penggunaan energi hingga 50 persen,” ujar Prama.
Selain lebih hemat energi, malam batik berbahan HPS dinilai memberikan hasil yang lebih baik bagi para pembatik. Tekstur kain menjadi lebih halus, warna lebih tajam, serta memudahkan pembatik menghasilkan motif yang detail. Sejak 2021, Apical telah menggandeng komunitas pembatik di Laweyan, Solo, untuk mengadopsi penggunaan HPS. Kini, sekitar 40 pengusaha batik di kawasan tersebut telah beralih ke malam sawit yang diproduksi sesuai standar keberlanjutan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).
Di Padang, salah satu pelaku UMKM yang telah menerapkan teknologi ini adalah Batik Shanumesty, didirikan oleh Sekar Hanum Pramesty pada 2023. Hanum menuturkan bahwa pengalaman bekerja di rumah batik di Solok mendorongnya mengembangkan batik Minangkabau yang khas dan sarat filosofi. “Penggunaan malam batik dari sawit ini membantu proses pembuatan batik yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” kata Hanum.
Batik Shanumesty dikenal melalui motif-motif kearifan lokal Minangkabau, termasuk motif “Kota Tua” yang menggambarkan kawasan heritage Kota Padang seperti Pelabuhan di bawah Jembatan Siti Nurbaya hingga bangunan lama Bank Indonesia. Rumah batik ini juga pernah berpartisipasi dalam ajang Pemuda Pelopor 2024.
Pimpinan PT Padang Raya Cakrawala, Dodi Saputra, menilai kehadiran malam batik berbasis sawit dapat menjadi momentum transformasi bagi para pembatik di Padang. “Kami berharap kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mendorong masyarakat, terutama para perajin batik, menggunakan produk yang lebih berkelanjutan. Selain melestarikan budaya batik, penggunaan HPS juga mendukung ekonomi lokal,” ujar Dodi.
Melalui kolaborasi dengan komunitas batik di Laweyan dan Padang, Apical menyatakan komitmennya untuk turut memperkuat UMKM sekaligus mendorong praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan tanpa mengabaikan pelestarian budaya.(hen)


